Tuesday, 30 June 2015

PENGAMAT POLITIK ATAU PENYERANG POLITIK




Kampanye hitam dan negatif semakin meresahkan warga. Apalagi lebih parahnya di media TV, koran bahkan di media online. Salah satunya adalah pengamat politik
Awas ada pengamat politik palsu alias abal-abalan alias bayaran. Misalnya ada Capres A berpasangan dengan B dan Capres C berpasangan dengan D.  Saluran TV menyuruh pengamat politik si J untuk berbicara lawannya ada kekurangannya, dan melebih-lebihkan kelebihan si Capres A. Padahal sering sekali Capres A lebih banyak kekurangan daripada lawannya. Atau wartawan menyuruh pengamat politik si J untuk berbicarakekurangan capres C. Padahal pengamat politik J mengatakan kekurangan si Capres A. Tapi karena pengamat politik adalah mata duitan, maka ia melebih-lebihkan si capres A dan menyudutkan capres C (padahal dalam hatinya melebihkan C dan A serta kekurangan capres mereka masing-masing). Atau pengamat politik J mengatakan kekurangan dan kelebihan capres mereka masing-masing. Tapi pihak statsiun TV mencutting is berita kekurangan capres A dan kelebihan capres C. Yang lebih parah lagi, ada stasiun TV yang tidak pernah beritakan lawan politiknya bahkan kalau mau beritanya pasti negatif.
Terus terang saja saya benci media yang banyak unsur politik, saling menyerang satu sama lain, pembodohan bangsa, yang berunsur kampanye hitam. Pendemo yang melaporkan salah satu capres pun adalah pendemo bayaran. Bahkan beberapa pengamat ternyata tim sukses salah satu capres. Yang harusnya menjadi media wawasan, malah jadi kebodohan bangsa itu sendiri gara-gara berita yang tidak berimbang. Tetapi jika ditegur komisi pusat seperti KPU dan KPI pun juga tidak efektif karena politik alias membantah teguran tersebut. Semakin ditegur semakin pula ketidaknetralannya menjadi-jadi.
Banyak media yang menutup-nutupi capres masing-masing. Masing ada yang netral dan juga ada yang menyerang salah satu capres. Sekarang masyarakat sudah bisa bedakan mana berita yang netral dan mana berita yang tidak netral serta membandingkan berita dengan kampanye hitam.
Beberapa tips cara memilih/mengamati media yang terbaik:
1.       Lihatlah artikel berita media masing-masing. Jika mengatakan hanya salah satu capres, sementara capres satunya lagi tidak ada kekurangan, maka dianggap kampanye hitam.
2.       Bandingkan dengan media lain. Misalnya media G dan H. Jika tidak sama, berarti ada ketidakseimbangan berita.
3.       Carilah pengamat politik di media. Jangan politik itu adalah pendukung atau tim salah satu capres.
4.       Jika didebat atau program diskusi pembicaraan saling memojokkan capres tersebut dipotong-potong pembicaraan, jangan ditonton karena dapat merusak generasi bangsa.
5.       Yang terakhir, jangan mudah percaya terhadap media yang selalu menyerang capres tersebut.

Demikian tips ini saya sampaikan, semoga masyarakat bebas dan lega dari kampanye hitam untuk indonesia yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment